Tugas Seni Budaya
Macam – macam Kerajinan
Guru Pembimbing : Ibu Saulina S,pd
Kelompok 5 : I Krisna Suryanti
I Afip Herliansa
IRosi
Octavia
IIlham
Pratama
Kelas : XI IPA
3
A.
Kerajinan Batik
1. Batik
dan Sejarahnya
Batik (atau kata Batik) berasal dari bahasa Jawa “amba” yang berarti menulis dan “nitik”. Kata batik sendiri meruju pada teknik pembuatan corak Motif Batik – menggunakan canting atau cap – dan pencelupan kain dengan menggunakan bahan perintang warna Motif Batik pada Baju Batik “malam” (wax) yang diaplikasikan di atas kain, sehingga menahan masuknya bahan pewarna. Dalam bahasa Inggris teknik ini dikenal dengan istilah wax-resist dyeing.
Jadi kain Batik
adalah kain yang memiliki ragam hias atau corak yang dibuat dengan canting dan
cap dengan menggunakan malam sebagai bahan perintang warna. Teknik
ini hanya bisa diterapkan di atas bahan yang terbuat dari serat alami seperti
katun, sutra, wol dan tidak bisa diterapkan di atas kain dengan serat buatan
(polyester). Kain yang pembuatan corak Batik dan pewarnaannya tidak menggunakan
teknik ini dikenal dengan kain bercorak batik – biasanya dibuat dalam skala
industri dengan teknik cetak (print) – bukan kain batik. Seni kerajinan batik adalah seni membuat
pola hias diatas kain dengan proses teknik tulis (casting) atau teknik cetak
(printing).
Batik secara historis berasal dari zaman nenek
moyang yang dikenal sejak abad XVII yang ditulis dan dilukis pada daun lontar.
Saat itu motif atau pola batik masih didominasi dengan bentuk binatang dan
tanaman.
Namun dalam sejarah
perkembangannya batik mengalami perkembangan, yaitu dari corak-corak lukisan
binatang dan tanaman lambat laun beralih pada motif abstrak yang menyerupai
awan, relief candi, wayang beber dan sebagainya. Selanjutnya melalui
penggabungan corak lukisan dengan seni dekorasi pakaian, muncul seni batik
tulis seperti yang kita kenal sekarang ini.
Jenis dan corak batik tradisional tergolong amat banyak, namun
corak dan variasinya sesuai dengan filosofi dan budaya masing-masing daerah
yang amat beragam. Khasanah budaya Bangsa Indonesia yang demikian kaya telah
mendorong lahirnya berbagai corak dan jenis batik tradisioanal dengan ciri
kekhususannya sendiri.
2.
Perkembangan
Batik di Indonesia
Sejarah pembatikan di Indonesia
berkaitan dengan perkembangan kerajaan Majapahit dan kerajaan sesudahnya. Dalam
beberapa catatan, pengembangan batik banyak dilakukan pada masa-masa kerajaan
Mataram, kemudian pada masa kerajaan Solo dan Yogyakarta.
Kesenian batik merupakan kesenian
gambar di atas kain untuk pakaian yang menjadi salah satu kebudayaan keluarga
raja-raja Indonesia zaman dulu. Awalnya batik dikerjakan hanya terbatas dalam
kraton saja dan hasilnya untuk pakaian raja dan keluarga serta para
pengikutnya. Oleh karena banyak dari pengikut raja yang tinggal diluar kraton,
maka kesenian batik ini dibawa oleh mereka keluar kraton dan dikerjakan
ditempatnya masing-masing.
Perempuan-perempuan Jawa di masa lampau
menjadikan keterampilan mereka dalam membatik Busana Batik dan Blus batik
sebagai mata pencaharian, sehingga di masa lalu pekerjaan membatik Batik Solo
adalah pekerjaan eksklusif perempuan sampai ditemukannya “Batik Cap” yang memungkinkan masuknya laki-laki ke
dalam bidang ini. Ada beberapa pengecualian bagi fenomena ini, yaitu batik
pesisir yang memiliki garis maskulin seperti yang bisa dilihat pada corak “Mega Mendung”, dimana di beberapa daerah pesisir
pekerjaan membatik adalah lazim bagi kaum lelaki.
Ragam corak dan warna Desain Busana Batik
dipengaruhi oleh berbagai pengaruh asing. Awalnya, batik memiliki ragam corak
dan warna yang terbatas, dan beberapa corak Busana Batik dan Blus batik hanya
boleh dipakai oleh kalangan tertentu. Namun batik pesisir menyerap berbagai
pengaruh luar, seperti para pedagang asing dan juga pada akhirnya, para
penjajah. Warna-warna cerah seperti merah dipopulerkan oleh orang Tionghoa, yang juga mempopulerkan corak phoenix.
Bangsa penjajah Eropa juga mengambil minat kepada batik, dan
hasilnya adalah corak bebungaan yang sebelumnya tidak dikenal (seperti bunga tulip) dan juga benda-benda yang
dibawa oleh penjajah (gedung atau kereta kuda),
termasuk juga warna-warna kesukaan mereka seperti warna biru. Batik tradisonal
tetap mempertahankan coraknya, dan masih dipakai dalam upacara-upacara adat,
karena biasanya masing-masing corak memiliki perlambangan masing-masing.
Teknik Desain Busana Batik dan membatik telah dikenal sejak ribuan
tahun yang silam. Tidak ada keterangan sejarah yang cukup jelas tentang asal
usul Batik. Ada yang menduga teknik ini berasal dari bangsa Sumeria, kemudian
dikembangkan di Jawa setelah dibawa oleh para pedagang India. Saat ini batik
bisa ditemukan di banyak negara seperti Indonesia, Malaysia, Thailand, India,
Sri Lanka, dan Iran. Selain di Asia, batik juga sangat populer di beberapa
negara di benua Afrika. Walaupun demikian, batik yang sangat terkenal di dunia
adalah batik yang berasal dari Indonesia, terutama dari Jawa.
3. Proses
pembuatan batik
Dalam perkembangannya lambat laun kesenian batik ini ditiru oleh rakyat
terdekat dan selanjutnya meluas menjadi pekerjaan kaum wanita dalam rumah
tangganya untuk mengisi waktu senggang. Selanjutnya, batik yang tadinya hanya
pakaian keluarga istana, kemudian menjadi pakaian rakyat yang digemari, baik
wanita maupun pria.
Bahan kain putih yang dipergunakan
waktu itu adalah hasil tenunan sendiri. Sedang bahan-bahan pewarna yang dipakai
terdiri dari tumbuh-tumbuhan asli Indonesia yang dibuat sendiri antara lain
dari : pohon mengkudu, tinggi, soga, nila, dan bahan sodanya dibuat dari soda
abu, serta garamnya dibuat dari tanah lumpur.
Jadi kerajinan batik ini di Indonesia
telah dikenal sejak zaman kerajaan Majapahit dan terus berkembang hingga
kerajaan berikutnya. Adapun mulai meluasnya kesenian batik ini menjadi milik
rakyat Indonesia dan khususnya suku Jawa ialah setelah akhir abad ke-XVIII atau
awal abad ke-XIX. Batik yang dihasilkan ialah semuanya batik tulis sampai awal
abad ke-XX dan batik cap dikenal baru setelah usai perang dunia kesatu atau
sekitar tahun 1920. Kini batik sudah menjadi bagian pakaian tradisional
Indonesia.
Alat dan bahan yang digunakan untuk
membatik biasanya adalah :
1.
Kain polos,
sebagai bahan yang akan diberi motif gambar. Bahn kain umumnya berupa kain
mori, primissima, prima, blaco, dan baju kaos.
2.
Malam, sebagai
bahan untuk membuat motif sekaligus sebagai perintang masuknya warna ke serat
kain (benang).
3.
Bahan pewarna,
untuk mewarnai kain, yaitu naptol dan garam diasol.
4.
Canting dan kuas, untuk menorehkan lilin pada kain.
5.
Kuas untuk Nemboki, yaitu menutup malam pada permukaan kain yang lebar.
Teknik membatik.
a)
Batik celup ikat, adalah pembuatan bati
tanpa menggunakan malam sebagai bahan penghalang, akan tetapi menggunakan tali
untuk menghalangi masuknya warna kealam serat kain. Membatik dengan proses
seperti ini disebut dengan jumputan.
b)
Batik tulis, batik yang dibuat melalui cara
memberikan malam dengan menggunakan canting pada motif yang telah digambar pada
kain.
c)
Batik cap, adalah batik yang menggunakan alat
cap (stempel yang umumnya terbuat dari tembaga) sebagai alat untuk membuat
motif, sehingga kain tidak perlu digambar terlebih dahulu.
d)
Batik Lukis, adalha batik yang dibuat dengan
cara melukis, dan bebas menggunakan alat atau efek – efek tertentu.
e)
Batik modern , adalah batik yang
cara pembuatnnnya bebas, tidak terikat oleh aturan teknik yang ada.
f)
Batik printing, adalah kain yang
motifnya seperti batik. Proses pembuatan batik ini tidak menggunakan teknik
batik, tetapi dengan teknik sablon. Biasanya dipakai dalam kain seragam
sekolah.
Batik Daerah
Perkembangan yang signifikan
diperkirakan terjadi setelah perang besar pada tahun 1825-1830 di kerajaan
Mataram yang sering disebut dengan perang Diponegoro atau perang Jawa. Dengan
terjadinya peperangan ini mendesak keluarga kraton serta para pengikutnya
banyak yang meninggalkan daerah kerajaan. Mereka kemudian tersebar ke arah
Timur dan Barat. Kemudian di daerah – daerah baru itu para keluarga dan
pengikutnya mengembangkan batik.
Batik merupakan kerajinan khas
Yogyakarta dan merupakan cenderamata yang banyak dicari wisatawan. Pada abad
ke-15 seni batik telah mulai maju dan berkembang. Ketika itu seni batik
mendapat pengaruh dari Agama Budha, Hindu, dan Islam terhadap corak
batik yang ada. Pada Jaman ini batik hanya dibuat di dalam lingkungan Kraton
dan digemari oleh puteri Kraton.
Di Indonesia sendiri, motif batik juga bervariasi, diantaranya adalah batik Jogja dan batik Solo. Walau keduanya menggunakan ukel dan semen-semen, namun sebenarnya kedua batik ini berbeda. Perbedaannya terletak pada warnanya. Batik Jogja berwarna putih dengan corak hitam, sedangkan batik Solo (transang) berwarna kuning dengan corak tanpa putih. Penggunaan kain batik ini pun berbeda-beda. Di Kraton Jogja, terdapat aturan yang pakem mengenai penggunaan kain batik ini. Untuk acara perkawinan, kain batik yang digunakan haruslah bermotif Sidomukti, Sidoluhur, Sidoasih, Taruntum, ataupun Grompol. Sedangkan untuk acara mitoni, kain batik yang boleh dikenakan adalah kain batik bermotif Picis Ceplok Garudo, Parang Mangkoro, atau Gringsing Mangkoro. Beberapa contoh motif batik klasik Yogyakarta antara lain: Parang, Geometri, Banji, Tumbuhan Menjalar, Motif tumbuhan Air, Bunga, Satwa dalam kehidupan dan lain-lain. Penggunaan Batik dewasa ini bukan hanya sebagai kain tetapi juga sebagai Pakaian jadi, Bed Cover, Sarung Bantal dan lain-lain. Saat ini batik telah menjadi tren baru di tengah masyarakat. Tak hanya sandang yang menggunakan kain batik sebagai bahannya. Sarung bantal, gordyn, dan seprei pun telah ada yang menggunakan kain batik. Ini adalah awal mula yang baik bagi pelestarian seni batik. Awalnya harus mencintai dahulu, kemudian muncul rasa andarbeni (memiliki) dan akhirnya nguri-uri (melestarikan). Kesadaran ini sudah mulai dan terus digalakkan. Batik Tamanan Kraton pun dibentuk untuk khusus membatik motif Kraton Jogja. Batik di Daerah Istimewa Yogyakarta saat ini berkembang dengan pesat. Tidak kurang dari 400 motif batik khas Yogyakarta yang terdiri dari motif batik klasik maupun motif batik modern berada di Yogyakarta sehingga Yogya dikenal dengan sebutan Kota Batik.
Industri Batik terdapat di
seluruh Wilayah DIY. Di kota Yogyakarta, industri batik banyak berada di Tirtodipuran, Panembahan, dan Prawirotaman.
|
Seperti halnya kerajinan batik, yang sekarang ini dikembangkan
bukan hanya pada media kain, melainkan pada media kayu. Batik kayu merupakan warisan
budaya Yogyakarta Pelopor pengrajin Batik Kayu di Dusun Krebet adalaha Sanggar Peni
yang didirikan oleh bapak Kemiskidi pada tahun 1988 yang dibantu oleh
teman-teman dan juga kerabatnya.
Membatik diatas kayu sudah menjadi kepiawaian masyarakat
Yogyakarta tepatnya di Dusun krebet. Batik kayu yang mereka hasilkan juga
sangat beragam, mulai dari topeng, miniature binatang, miniature furniture dan
pernak-pernik hiasan lainya dengan dihiasi berbagai motif yang sangat cantik
dan menarik. Proses pembuatanya juga hampir sama dengan membatik diatas kain,
hanya saja medianya diganti menjadi kayu.
Jenis kayu yang digunakan juga sangat beragam dengan hasil yang
berbeda juga. Biasanya kayu yang sering digunakan sebagai bahan dasar adalah
kayu lunak seperti sengon, pule dan mahoni, karena hasil yang didapatkan lebih
bagus dan warnanya lebih indah daripada memakai bahan dasar kayu yang keras
seperti kayu jati. Kayu yang mereka gunakan juga hasil dari hutan atau kebun
dari daerah mereka sendiri, sehingga biaya produksi yang mereka keluarkan juga
bisa mereka pangkas untuk keperluan lainya.
Cara pembuatan Batik Kayu juga masih menggunakan metode
tradisional dengan alat-alat tradisional juga, sehingga hasil yang didapatkan
sangat naturalis dan sangat khas. Alat modern yang mereka gunakan hanya alat
pemotong kayu dan alat penghalus kayu. Desain dibuat sendiri oleh pengerajin
dan terdapat ratusan desain. Desain utama dari batik media kayu ini adalah :
Jlereng dan Kawang, serta desain Kembang, yang motifnya divariasi atau di
gabung-gabungkan. Motif khas Yogyakarta ialah Jlereng
dan Kawang, namun motif lainnya juga muncul dari kreasi pengrajin
sendiri maupun motif yang disesuaikan dengan permintaan pasar.
Setelah proses desain pada bahan baku kayu dengan menggunakan
pensil kemudian menuju ke proses pembatikan menggunakan bahan baku malam.
Dalam penggunannya malam tersebut harus dalam keadaan cair. Caranya dengan cara
memanaskannya dalam wajan kecil atau biasa di sebut canting di atas kompor
kecil . Untuk proses pewarnaan batik kayu ini , bahan yang digunakan adalah zat
warna Naptol dan zat warna indogosol .
Pada saat proses pewarnaan dengan mengunakan zat naptol
tidak boleh terkena sinar matahari secara langsung karena warna menjadi pudar ,
sebaliknya zat warna indogosol membutuhkan sinar matahari untuk menimbulkan
warnanya , kemudian untuk menetapkan warnanya mengunakan larutan HCL dengan
cara di celupkan , pemberian warna pada batik kayu ini tergantung pada beberapa
kombinasi warna yang diinginkan.
Untuk proses selanjutnya dilakukan pengeringan dengan di jemur
ditempat terbuka . kemudian dilanjutkan dalam proses pelorotan malam , yang
mengunakan cairan HCL , soda kostik , TRO atau turkish red oil dan soda Abu
untuk menguatkan warna . bati kayu tersebut di cuci mengunakan air tawar ,
sampai benar-benar bersih dari kotoran-kotoran dan larutan HCL , yang
selanjutnya di jemur kering angin .
Finisihing pada kerajinan batik kayu , mengunakan bahan aqua laker
. sedangkan untuk bahan yang fungsional seperti mangkok , piring atau sendok
mengunakan bahan khusus yang aman untuk kesehatan. Hasil kerajinan batik kayu
ini , untuk barang-barang yang memerlukan tambahan aksesoris , seperti figura
atau patung-patung dilengkapi dengan aksesoris kaca atau cincin untuk mempercantik
batik kayu tersebut.
2.
Batik Transang
Sejarah
pembatikan di Indonesia berkait erat dengan perkembangan kerajaan Majapahit dan
penyebaran ajaran Islam di Tanah Jawa. Dalam beberapa catatan, pengembangan
batik banyak dilakukan pada masa-masa kerajaan Mataram.
Bisa dilihat
bahwa pada zaman Belanda, motif-motif batik dipengaruhi nuansa Eropa. Batik di
Indonesia memiliki keragaman jenis, pola, motif, dan corak sesuai dengan
unsur-unsur daerah yang membentuknya, Salah satu contohnya batik Transang yang dikenal berwarna cokelat gelap.
Ada yang
menarik di industri batik Transang. Di dua tempat yang terkenal menjadi sentra
batik: Kauman dan Laweyan, terlihat bahwa industri ini wujud pembagian kerja
antara laki-laki dan perempuan. Pembatik wanita duduk menorehkan canting dengan
penuh kesabaran. Sementara wanita sibuk melukis batik, para pria sibuk dengan
proses lain, seperti membuat malam, mencelupkan kain, melorotkan malam dengan
cara diberi air dan menginjak-injak agar malamnya hilang, dan memilin untuk
memberi efek pecah-pecah, dan menjemur. Industri ini juga kental nuansa
kekeluarganya. Umumnya usaha batik di Transang merupakan usaha turun termurun.
Dalam
perkembangannya corak batik dapat kita lihat mempunyai 2 bentuk yang berbeda,
yaitu golongan ragam hias geometris dan non geometris. Corak hias geometris
adalah corak hias yang mengandung unsur-unsur garis dan bangun, seperti garis
miring, bujur sangkar, persegi panjang, trapesium, belah ketupat, jajaran
genjang, lingkaran, dan bintang, yang disusun secara berulang ulang membentuk satu
kesatuan corak. Berbeda dengan ragam hias geometris, golongan ragam hias non
geometris merupakan pola dengan susunan tidak terukur, artinya polanya tidak
dapat diukur secara pasti, meskipun dalam bidang luas dapat terjadi pengulangan
seluruh corak.
Untuk corak
hias geometris sendiri masih dibagi lagi menjadi beberapa ragam diantaranya :
- Corak Ceplok, Corak ceplok
atau ceplokan adalah corak-corak batik yang didalamnya terdapat
gambaran-gambaran bentuk lingkaran, roset, binatang, dan variasinya.
- Corak Ganggong, Banyak orang
menganggap corak ganggong adalah corak ceplok karena sepintas hampir sama.
Namun kalau diperhatikan dengan detail, akan terlihat perbedaan antara
corak ganggong dengan corak ceplok. Biasanya orang yang paham batik akan
memerhatikan perbedaan ini, terutama bila batik akan digunakan untuk
kepentingan tertentu. Ciri khas yang membedakan corak ganggong dengan
ceplok adalah adanya bentuk isen yang terdiri atas seberkas garis yang
panjangnya tidak sama, dan ujung garis yang paling panjang berbentuk
serupa tanda +.
- Corak Parang dan Lereng, Corak
parang merupakan salah satu corak yang sangat terkenal dalam kelompok
corak garis miring. Corak ini terdiri atas satu atau lebih ragam hias yang
tersusun membentuk garis-garis sejajar dengan sudut kemiringan 45º. Contoh
corak parang dan lereng adalah parang rusak dan lereng ukel.
- Corak Banji, Corak banji
berdasar pada ornamen swastika, dibentuk atau disusun dengan menghubungkan
swastika pada garis-garis, sehingga membentuk sebuah corak. Swastika ini
menggambarkan kekerasan yang diterima oleh masyarakat pada masa pendudukan
Jepang di Indonesia.
Sedangkan untuk corak hias non geometris diantaranya :
- Corak
Semen, Ragam hias utama yang merupakan ciri corak
semen adalah meru, suatu gubahan menyerupai gunung. Meru berasal dari nama
Gunung Mahameru. Hakikat meru adalah lambang gunung atau tempat
tumbuh-tumbuhan bertunas (bersemi) hingga corak ini disebut semen. Semen
berasal dari kata dasar semi. Ragam hias utama semen adalah garuda, sawat,
lar, maupun mirong.
- Corak Lung-lungan, Sebagian besar
corak lung-lungan mempunyai ragam hias serupa dengan corak semen. Berbeda
dengan corak semen, ragam hias corak lung-lungan tidak selalu lengkap dan
tidak mengandung ragarn hias meru.
- Corak Buketan, Corak buketan
mudah dikenali lewat rangkaian bunga atau kelopak bunga dengan kupu-kupu,
burung, atau berbagai bentuk dan jenis satwa kecil yang mengelilinginya.
Berbagai unsur tersebut tampil sebagai satu susunan yang membentuk satu
kesatuan corak.
- Corak Pinggiran, Corak ini
disebut corak pinggiran karena unsur hiasannya terdiri atas ragam hias
yang biasa digunakan untuk hiasan pinggir atau hiasan pembatas antara
bidang yang memiliki hiasan dan bidang kosong pada dodot, kemben, dan
udheg.
B.
Kerajinan Anyaman
1. Pengertian Anyaman
Anyaman merupakan seni
yang mempengaruhi kehidupan dan kebudayaan masyarakat Melayu. Menganyam
bermaksud proses menjaringkan atau menyilangkan bahan-bahan daripada
tumbuh-tumbuhan untuk dijadikan satu rumpun yang kuat dan boleh digunakan.
Bahan tumbuh-tumbuhan yang boleh dianyam ialah lidi, rotan, akar, bilah,
pandan, mengkuang dan beberapa bahan tumbuhan lain yang dikeringkan.
Ia banyak
digunakan sebagai alat keperluan rumah tangga sehari-hari. Biasanya seni ini
diolah dengan alat yang masih sederhana seperti pisau pemotong, pisau penipis,
tang dan catut bersungut bundar, yang membutuhkan kretivitas tinggi, ide,
perasaan pemikiran dan kerajinan tangan.
Bahan
ini biasanya mudah dikeringkan dan lembut. Menganyam adalah salah satu seni
tradisi tertua di dunia. Konon kegiatan itu ditiru manusia dari cara burung
menjalin rantin-ranting menjadi bentuk yang kuat. Kesenian ini juga ada di
berbagai budaya Nusantara. Di rumah-rumah panggung di pesisir Aceh, tikar
pandan menjadi alas lantai. Di Pedamaran, Sumatra Selatan, kegiatan menganyam
tikar menjadi pemandangan sehari-hari yang dilakukan ibu dan para gadis remaja.
Tak heran bila kota itu disebut sebagai kota tikar.
2. Asal Usul Anyaman
Perkembangan Sejarah
anyaman adalah sama dengan perkembangan seni tembikar. Jenis seni anyaman pada
masa Neolitik
kebanyakan adalah menghasilkan tali, rumah dan keperluan kehidupan. Bahan
daripada akar dan rotan adalah bahan asas yang awal digunakan untuk
menghasilkan anyaman. Menurut Siti Zainun
dalam buku Reka bentuk karangan Melayu tradisi menyatakan pada zaman
pemerintahan Long Yunus (1756-94) di negeri
Kelantan, penggunaan anyaman digunakan oleh raja. Anyaman tersebut dipanggil ‘Tikar Raja’ yang diperbuat daripada pohon bemban.
Seni
anyaman di percaya bermula dan berkembangnya tanpa menerima pengaruh luar.
Penggunaan tali, akar, dan rotan merupakan asas pertama dalam penciptaan
kerajinan tangan anyaman. Bahan-bahan itu tumbuh liar di hutan-hutan,
kampung-kampung, dan kawasan sekitar pantai.
Berbagai bentuk kerajinan
tangan dapat di bentuk melalui proses dan teknik anyaman dari jenis tumbuhan
pandan dan bengkuang. Bentuk-bentuk anyaman di buat berdasarkan fungsinya.
Misalnya bagi masyarakat petani / nelayan, anyaman di bentuk menjadi topi,
bakul, tudung saji, tikar, dan aneka rupa yang di bentuk untuk digunakan
sehari-hari.
Selain dari tumbuhan pandan dan bengkuang, anyaman juga dapat di buat dari tumbuhan jenis palma dan nipah. Berdasarkan bahan dan rupa bentuk anyaman yang di hasilkan. Seni anyaman merupakan daya cipta dari sekelompok masyarakat luar istana yang lebih mengutamakan nilai kegunaannya. Walaupun pada tahun 1756 sampai 1794 telah terdapat penggunaan tikar untuk raja yang terbuat dari rotan.
Untuk memulai menganyam, waktu yang tepat adalah pada pagi atau malam hari dalam keadaan cuaca yang redup dan dingin. Daun-daun lebih lembut dan mudah di bentuk tanpa meninggalkan kesan-kesan pecah. Biasanya beberapa orang melakukan kegiatan menganyam secara berkelompok di halaman rumah atau beranda rumah pada waktu malam, petang, atau waktu senggang.
Seni
kerajinan tangan anyaman adalah sesuatu karya yang unik dan rumit proses
pembuatannya. Namun usaha untuk mempertahankannya harus di teruskan agar tidak
termakan oleh perkembangan zaman. Budaya bangsa bukan hanya di lihat dari
bahasa dan ragamnya saja, tetapi juga di lihat dari hasil karyanya yang bermutu
tinggi. Warisan budaya yang unik ini harus selalu di terus di pelihara dan di
manfaatkan bersama.
Ada beberapa hal yang harus di ketahui tentang sejarah anyaman, yaitu :
1. Dipercayai seni graf tangan muncul dan bergembang tanpa pengaruh luar.
2. Pada zaman dahulu, kegiatan anyaman dilakukan oleh kaum wanita untuk mengisi masa senggang dan bukan sebagai mata pencarian utama.
3. Hasil graf tangan dijadikan alat untuk kegunaan sendiri atau sebagai hadiah untuk anak saudara atau sahabat handai sebagai tanda kasih atau kenang-kenagan.
4. Seseorang wanita dianggap tidak mempunyai sifat kewanitaan yang lengkap jika dia tidak mahir dalam seni anyaman.
5. Proses anyaman biasanya dijalankan oleh kaum wanita; lelaki hanya menolong menetap daun dan memprosesnya.
6. Perusahaan anyaman biasanya dilakukan secara individu dan secara kecil-kecilan yang merupakan satu usaha ekonomi bagi orang-orang di kampung.
7. Kini,terdapat organisasi dan perbadanan yang mengusahakannya, dengan skala yang besar seperti cawangan-cawangan Perbadanan Kemajuan Kraftangan Malaysia, Persatuan Gerakan Wanita Felda, Pusat Graftangan Felda, dan sebainya.
8. Hasilan anyaman bermutu tinggi bagi memenuhi keperluan pelanggan.Hasilan anyaman tidah terkongkong dalam bentuk tradisional sahaja. Ciptan dimensi baru dari segi rupa dan bentuk, warna dan corak, teknik dan bahan sering diubah-ubahkan mengiikut peredaran zaman dan cita rasa pelanggan.
Memiliki 3 jenis anyaman , yaitu :
1. Anyaman datar, dibuat datar pipih dan lebar.
Jenis kerajinan ini banyak digunakan untuk tikar, dinding rumah tradisional,
pembatas ruangan dan lainnya.
2. Anyaman tiga dimensi, berwujud benda tiga
dimensi sebuah produk kerajinan. Kerajinan ini telah berkembang bukan hanya
berbentuk kerajinan tradisional tetapi telah berkembang jenis produknya dan
lebih bernilai seperti sandal, kursi, tas lampu lampion, dan tempat wadah.
3. Makrame seni simpul menyimpul bahan hanya
dengan keahlian tangan dengan bantuan alat pengait yang fungsinya seperti
jarum. Dalam seni makrame, simpul menyimpul bahan merupakan teknik utama untuk
menciptakan sambungan dalam membentuk sebuah karya kerajinan. Beberapa hasil
kerajinan yang menggunakan teknik makrame seperti taplak meja, mantel baju,
kesetkaki, dan souvenir.
3. Jenis-Jenis Anyaman
Jenis Anyaman Bahan Hasil anyaman
F Anyaman Mengkuang Daun mengkuang
Tikar, tudung salji, bekas pakaian dan lain-lain
F Anyaman pandan Daun pandan duri Tikar
sembahyang, hiasan dinding,
F Anyaman Buluh Jenis-jenis buluh yang
sesuai Bakul, bekas pakaian, nyiru, beg dan lain-lain
F Anyaman Rotan Rotan yang telah
diproses Bakul, bekas pakaian, tempat buaian anak dan lain-lain
F Anyaman Lidi Lidi kelapa Lekar, bekas
buah, bekas telor.
F Anyaman ribu-ribu Paku pakis
ribu-ribu. Tempat tembakau, bekas sirih terbus, bakul, bekas seba guna dan
lain-lain.
Motif
Anyaman
Berikut adalah contoh gambar motif anyaman :
Berikut adalah contoh gambar motif anyaman :
1.
Anyaman 2 dimensi :
2.
Anyaman 3 dimensi :
1.Kerajinan Anyaman Pandan
Seuke
(dalam bahasa Aceh) disebut juga dengan daun pandan adalah bahan baku yang
sering digunakan dalam membuat kerajinan anyaman. Dahulu, anyaman pandan ini
hanya digunakan untuk membuat tikar saja, namun kini berbagai macam barang
dapat dihasilkan dari anyaman pandan ini antara lain, aneka tas, sandal, sarung
bantal kursi dan lain sebagainya. Anyaman pandan ini banyak ditemui di Kabupaten Pidie, Kabupaten
Pidie Jaya dan kabupaten Aceh Utara.
A.
Proses Pembuatan
Proses Pembuatan Anyaman Pandan, bahan
baku anyaman pandan adalah daun pandan yang panjangnya mencapai 2 (dau) meter.
Daun pandan disayat atau dibelah-belah menurut alur memanjang setelah
dibersihkan terlebih dahulu. Daun pandan ini diebus dalam air panas agar
menjadi lunak, serta untuk mematikan hama, kemudian diangkat dan dikeringkan
dengan menjemurnya pada panas matahari.
Setelah kering, diberi warna sesuai keinginan
dengan mencelupkannya kedalam zat cairan zat pewarna yang telah dimasak dengan
air panas,lalu diaduk hingga rata. Setelah warna merata, lalu diangkat dan
dijemur lagi hingga kering. Setelah kering, maka pandan ini siap untuk dianyam.
Bahan baku yang telah siap pakai ini dianyam sesuai denga kebutuhan, baik
dengan motif yang diinginkan maupun dalam bentuk polos.
Pengadaan
sarana produksi dan bahan baku usaha kerajinan pandan diupayakan sendiri oleh
pengrajin. Bahan baku dan penunjang industri kerajinan pandan yang biasa
digunakan oleh para pengrajin adalah: anyaman pandan, kain, benang jahit,
kancing batok kelapa, lem, zat warna/pengkilap, pernis, resluiting, tambang dan
karton.
Kebanyakan
produk tas anyaman pandan dan produk setengah jadi diminati oleh konsumen dari
Jepang dan Eropa. Produk-produk yang terbuat dari bahan dasar pandan, banyak
diminati oleh konsumen mancanagara, berkaitan dengan sifat produk yang mudah
didaur ulang (renewable). Sampah produk yang berbahan baku
pandan tidak mengganggu fungsi lingkungan hidup.
Berbagai Macam Motif Tikar Anyaman Pandan
|
Motif 1
|
Motif 2
|
Motif 3
|
Macam-Macam Kerajinan dari Anyaman Pandan
Selain Anyaman tikar, Masih banyak
lagi kerajinan anyaman yang di buat dengan memanfa'atkan tanaman pandan. di antara
nya Tas, Sendal, Kipas, dan lain-lain.
Dompet
Anyaman
|
Sendal
Anyaman
|
Kipas
Anyaman
|
B.
Daerah – daerah Penghasil
Anyaman Pandan
Ø Di Kabupaten
Pelalawan, khususnya Kecamatan Pelalawan, juga terdapat
kerajinan anyaman pandan yang telah lama mempopulerkan tikar yang dipergunakan
untuk keperluan adat seperti helat adat perkawianan, yang dinamakan
dengan”Tikar Belapak” atau disebut dengan “Tikar Belambak”. Tikar yang
berukuran sedag mirip denga sejadah, pada bagian pinggir keliling tikar
ditambah dengan kerajinan tekat perada dengan motif tersendiri sesuai selera.
Tikar ini dulunya hanya dimiliki oleh para bangsawa dilingkugan istana.
Ø Di
Daerah Riau. Usaha
diversifikasikan kerajinan anayaman pandan dengan aneka ragam bentuk telah
diupayakan di daerah Kabupaten Indragiri Hilir. Melalui instansi terkait
khususnya Dekranasda Kabupaten Indragiri
Hilir. kerajinan anyaman padan saat ini berkembag
pesat. Pada tahun 2006 produk anyaman pandan “Meja Oshin” telah
berhasil memperoleh penghargaan ”Kreasi Cipta Karya Nusantara”
yang merupakan penghargaan kreasi unik dan alami yang dimiliki oleh daerah,
dalam hal ini daerah Riau. Peghargaan tersebut diterima langsung oleh ketua
Dekranasda Kabupaten Indra Giri Hilir Hj.Syafni Zuryanti Indra. Sempea Pekan
Kerajinan Indonesia 2006 di Jakarta.
Ø Daerah
aceh Anyaman pandan ini banyak ditemui di Kabupaten Pidie, Kabupaten
Pidie Jaya dan kabupaten Aceh Utara.
2.
Anyaman Rotan
Anyaman Rotan merupakan seni yang sudah menjadi tradisi turun
temurun, dengan menggunakan rotan sebagai bahan baku, dirangkai atau diolah
menjadi suatu benda yang menerapkan fungsi pakai dalam kehidupan sehari – hari,
sehingga memberi manfaat bagii manusia.
a.
Proses Pembuatan Kerajinan
Anyaman Rotan
Proses Pembuatan Kerajinan
Anyaman Rotan, untuk pembuatan kursi atau meja
diperlukan rotan yang sudah dibersihkan dengan ukuran diameter sekitar 2-3 cm.
Rotan dibentuk menurut kerangka kursi atau meja, dengan jalan
memanaskan rotan dengan api (setengah dibakar) sampai agak lunak,
sehingga dapat dibentuk sesuai dengan keinginan dengan mudah. Jika
belum sempurna, rotan dipanaskan lagi dan dibentuk lagi. Demikian seterusnya
sampai terbentuk sesuai keinginan. Bahan-bahan kerangka yang satu dengan yang
lain dirangkai dengan terlebih dahulu mempergunakan paku atau pasak dan
kemudian diikat dengan anyaman menggunakan kulit rotan yang lebih
kecil.
Setelah kerangka selesai dibuat dengan
utuh,barulah dianyam kulit rotan yang sudah dihaluskan dengan mengamplas
keseluruh permukaan bagian klursi yang diperlukan seperti tempat duduk,
sandaran, serta kaki dan tangan kursi. Maka jadilah sebuah kursi yang molek, dan
untuk memperoleh keindahan yang maksimal diperoleh dengan pelitur atau bahan
pewarna.
jenis rotan yang
selalu dipergunakan adalah
:
- Jenis Saga atau Sego; yaitu yang
berdiameter kecil sekitar 0,5 cm.
- Jenis Menau; yaitu rotan yang berukuran
besar berdiameter 2-3 cm
3.
Kerajinan Anyaman Serat Kayu
Karena bentuk fisik kayu pada dasarnya seperti
tabung dan dengan adanya pengaruh garis lingkaran tahun pada penampangnya
proses pembelahan log bisa menghasilkan motif serat kayu yang berbeda pula.
Selain itu juga akan mempengaruhi arah penyusutan kayu tersebut. Bahan-bahan serat alam
lainnya pun bisa didapatkan dari Salamrejo misalnya kerajinan tangan dari
Pohon Gebang (Agel)
Bahwa pada dasarnya ada beberapa metode
pembelahan log yang menghasilkan beberapa perbedaan besar motif serat pada
permukaan kayu hasil pembelahan yang dipengaruhi juga oleh kualitas log.
A. Serat Radial
Motif permukaan kayu yang lurus lebih banyak
dihasilkan pada metode penggergajian Rift Sawn dan Quarter Sawn. Dua metode ini
lebih banyak menghasilkan limbah dan memerlukan waktu lebih lama akan tetapi
hasil serat kayu yang dihasilkan lebih baik dan bernilai ekonomis lebih tinggi.
Biasanya serat kayu ini digunakan untuk pembuatan meja atau pintu dengan permukaan
yang lebar.
B. Serat Tangensial
Pembelahan yang melintang garis lingkaran
tahun akan menghasilkan serat bermotif (kembang). Motif permukaan kayu seperti
ini paling banyak dihasilkan pada metode pembelahan Plain Saw. Ini metode
penggergajian kayu yang paling sering dilakukan di kebanyakan sawmill.
Hasil permukaan kayu tersebut di atas adalah
sebagai hasil dasar dari hampir semua jenis kayu. Keseluruhan motif permukaan
akan juga dipengaruhi oleh kualitas log dan jenis kayu pada khususnya. Untuk
jenis kayu yang memiliki banyak mata kayu, serat permukaan kayu akan dihiasi
mata kayu, kantong minyak atau garis-garis melintang secara radial.
Ada pula jenis kayu yang karena pada masa
pertumbuhannya dan lokasi tumbuh memiliki banyak angin sehingga pohon cenderung
'melintir'.
Untuk kayu seperti ini anda akan mendapatkan serat bergelombang.
Pada kenyataan proses produksi harus dilakukan
pekerjaan ekstra di area pengamplasan. Lain lagi pada perusahaan vinir untuk
permukaan plywood
(kayu lapis). Untuk mendapatkan serat yang lurus dan homogen, pabrik akan
membelah log menggunakan metode quartersawn.
Salah satu contoh serat kayu adalah
serat ijuk. Serat ijuk adalah serat alam yang mungkin hanya sebgian orang
mengetahui kalau serat ini sangat lah istimewa di banding dengan serat lainya,
serat berwarna hitam yang dihasilkan dari pohon aren memiliki banyak
keistimewaan yang akan sediksaya uraikan di artiel ini, di antarnya :
1. Tahan lama hingga ratusan bahkan ribuan tahun lebih
2. Tahan terhadap asam dan garam air laut
3. Mencegah penembusan rayap tanah dan menyebabkan kematian yang tinggi, hingga 100%
4. Sebagai perisai radiasi nuklir
Sebelumnya kita tidak pernah menduga
kalau serat ijuk merukan salah satu bahan prisai radiasi nuklir,tapi inilah
hasil penelitan yang dilakukan oleh
universitas hasanudin.
4.
Kerajinan Perak
Kerajinan perak adalah suatu
seni yang menggunakan perak sebagai bahan utama dengan sedikit campuran tembaga
untuk memperkuat hasil kerajinan, merupakan seni yang mengutamakan nilai
kegunaan dan sering pula dijadikan sebagai perhiasan yang menarik.
Keberadaan
pengrajin perak muncul seiring dengan lahirnya Kerajaan Mataram, daerah yang
terkenal dalam kerajinan ini adalah Kotagede, Yogyakarta dimana Kotagede
merupakan kawasan bekas ibukota Kerajaan Mataram yang didirikan oleh Panembahan
Senopati. Berkembangnya kerajinan perak Kotagede tidak lepas pula dari adanya Verenigde
Oost-Indische Compagnie (VOC) yang masuk ke Yogyakarta sekitar abad
ke- 16. Pada saat itu, banyak pedagang VOC yang memesan peralatan rumah tangga
dari emas, perak, tembaga dan kuningan ke penduduk sekitar Kotagede.
Sampai saat
ini, masyarakat di kawasan Kotagede masih banyak yang berprofesi sebagai
pengrajin. Beberapa diantara mereka berprofesi sebagai pengrajin emas, perak,
tembaga, kuningan, tanduk dan masih banyak yang lainnya. Seiring berjalannya
waktu, kerajinan perak menjadi produk yang paling diminati sehingga banyak
pengrajin yang memilih untuk menjadi pengrajin perak dan dalam perkembangannya
kerajinan perak menjadi ciri khas daerah Kotagede.
1. Pembacaan
Notasi pada Hasil Kerajinan Perak
Kebanyakan menjual
perak jenis 925 artinya angka 925 menunjukkan persentase kandungan perak
yang ada di dalamnya. 925 berarti 92,5% perak + 7,5% tembaga, karena kalau
dibuat 100% perak murni terlalu lunak. Tembaga sebagai campuran agar material
logam perak bisa lebih kuat diproses menjadi perhiasan. Perak memiliki level
mulai dari perak murni 999, 925, 850, 835, 825, dan 800. Untuk perak
dengan kadar kemurnian 800 akan lebih cepat hitam (teroksidasi) daripada perak
dengan tigkat kemurnian 925. Itu sebabnya jarang sekali ditemukan perhiasan
perak dengan stempel 800.
Bahan Baku Kerajinan
Perak
Bahan baku
kerajinan perak ada 2 yaitu lembaran perak yang biasa disebut Gilapan dan
benang-benang perak yang biasanya disebut Trap atau Filigran. Dalam setiap
proses pembuatannya, ternyata tidak sepenuhnya berbahan dasar perak murni
melainkan ada pencampuran dengan tembaga. Seratus persen perak dicampur dengan
tembaga 7,5%. Sebab kalau perak murni terlalu lembek dan kurang kuat untuk
dijadikan barang kerajinan, oleh karenanya dicampur tembaga sebagai
pengerasnya.
2. Produk perak berdasarkan alat yang
digunakan untuk membuatnya
Sedikitnya ada tiga jenis tipe produk yang dijual, yaitu :
- Perak buatan tangan (Handmade)
Kerajinan perak ini murni dibuat dengan tangan , tanpa mengandalkan mesin.
Dari proses awal hingga akhir dikerjakan dengan tangan. Kerajinan inilah yang
merupakan cikal bakal industri perak di Kotagede Yogyakarta dan bahkan sampai
sekarangpun kerajinan perak di Kotagede masih didominasi kerajinan buatan
tangan (handmade).
- Perak buatan mesin (Machinery)
Kerajinan perak dengan sistem produksi mesin juga merupakan sistem produksi
massal seperti casting. Hanya saja di sini digunakan mesin sebagai ganti mesin
casting.
Produk-produk yang dibuat dengan mesin biasanya adalah kalung dan gelang
rantai. Sama halnya dengan mesin casting, mesin pembuat perhiasan ini harganya
juga cukup mahal. Di Indonesia kerajinan perak yang dibuat dengan mesin banyak
berasal dari Jawa Timur.
- Perak cetakan (Casting)
Akhir-akhir ini perak cetakan sering dijadikan alternatif produksi
kerajinan perak. Terutama untuk permintaan produk dengan kuantitas besar dan
waktu yang terbatas.
Sebenarnya sistem pembuatan perak cetak/casting ini ada beberapa tehnik.
Dari yang menggunakan peralatan sederhana sampai penggunaan mesin casting
sentrifugal yang lumayan mahal harganya. Dan biasanya produk perhiasan yang ada
di pasaran dibuat dengan mesin casting sentrifugal.
3.
Proses Pembuatan Perhiasan Perak
Desainnya harus detail, kecuali
kita bisa mengamatinya. Karena jika tidak detail, sang pengrajin harus membuat
sendiri untuk improvisasinya.
Setelah desain ditentukan, proses dilanjutkan dengan memindahkan
desain kecetakan dan penempaan lempengan perak atau benang perak ( tergantung
desainnya ).
‘Benang perak’ yang sedang diulung
untuk membuat detail desain ini. Satu demi satu, sesuai desain,dilakukan
memotongan dengan menggunakan gunting atau pinset jika terlalu kecil.
Setelah
itu, baik membuat dari lempengan perak tatu benang perak, selanjutnya disusun
sesuai desain, menjadi burung atau kupu dan sebagainya, sebelum mulai di bakar
( sekarang melakukannya dengan solder listrik ).
Setelah disusun sesuai desain,
lalu mulai dibakar. Sebelum dibakar, untuk ‘lem’nya adalah ‘bubuk perak’
seperti foto diatas di piring plastic berwarna biru. Tidak lama, hanya sebentar
untuk merekatkan ( seperti di lem ).
Setelah disolder / dibakar dengan
api, masing ikatan menjadi kuat sesuai desain. Pengerjaannya satu demi satu dan
detail sekali.
Ini adalah proses menempa,
tergantung dari desainnya. Belum tentu desainnya memakai proses menempa.
Biasanya proses menempa untuk hiasan2 dinding yang lebih tebal dan besar, atau
peralatan rumah tangga.
Kemudian,
dilanjutkan dengan proses pembersihan dengan menggunakan ‘lerak’, semacam buah
seperti ‘kluwek’ yang juga bisa untuk mencuci batik. ‘Lerak’ ini tidak berbau
dan berbusa seperti foto diatas ini.
Jika
mendesain dengan memakai ‘anyaman’ benang perak, perhiasan perak bakar ini akan
lebih memukau, karena sangat detail, dengan anyaman benang2 kecil dan tipis
berlapis perak. Dan semakin indah dan detail perhiasan yang dibuat sesuai
desainnya, akan semakin berharga pula perhiasan itu dimata banyak orang.
Perak mulai berkembang dan banyak diminati di
berbagai daerah, kami mengambil satu daerah perkembangan perak, yaitu di desa
Celuk, Yogyakarta.
Perkembangan Kerajinan Perak di Desa Celuk
Barang-barang yang dihasilkan pun hampir sama
berupa bokoran,
sangku, caratan/penastan, maupun danganan keris, pakaian raja dan lain-lain. Karena
pada waktu itu berkembang model yang mendukung untuk kerajaan dan bukan
merupakan kebutuhan masyarakat. Barang kerajinan perak lebih menonjol daripada
barang emas karena bahan emas pada waktu itu sangat sulit diperoleh.
Barang–barang yang dihasilkan lebih banyak untuk keluarga kerajaan.
Sebagai wadah terhadap seniman dan pengerajin
supaya lebih berkembang maka sekitar tahun 1935 berdirilah perkumpulan kesenian
yang diberi nama “PITAMAHA”. Anggotanya terdiri atas para seniman dan
pengerajin di seluruh Kabupaten Gianyar antara lain dari Desa Celuk, Desa
Batuan, Desa Mas, Desa Peliatan, Desa Ubud bahkan ada pula dari Desa Sibang
(Badung) dan dari Klungkung.
Setelah adanya Pitamaha, di Desa Celuk muncul
suatu ciri jejawanan
dan bun
sehingga menjadi style khas Celuk. Style barang yang berkembang tahun 1940-an
berupa tatahan
yang dipadukan dengan jejawanan dan bun dengan motif naga seperti caratan/cecepan
Perkembangan kerajinan perak di Celuk dari tahun 1930-an sampai 1960-an tidak
begitu pesat, terutama barang untuk kebutuhan konsumen sangat sedikit dan
terbatas untuk orang yang punya saja.
Pada tahun 1950-an disamping untuk keperluan
keagamaan, mulai berkembang sedikit perhiasan/aksesoris dengan style-nya yang
khas jejawanan
dan bun
serta tatahan, karena orang sudah banyak bisa mengukir. Pada waktu
itu orang-orang di luar Pande sudah mulai mengerjakan barang emas dan perak.
Motif yang berkembang pada waktu itu juga tidak banyak mengalami perubahan dari
era 1940-an. Barang yang dibuat ukurannya lebih kecil dan ornamennya semakin
banyak seperti batil
yang dibuat lebih kecil dari sangku.
Pada tahun 1960-an kerajinan perak di kurang/tidak berkembang dan hanya untuk
keperluan lokal. Hal ini karena di Indonesia terjadi berbagai pergolakan seperti
gerakan G-30S PKI dan ditutupnya Indonesia
untuk luar. Pada waktu itu barang perak dan emas Celuk lebih banyak dibeli
orang lokal.
Style
yang berkembang pada tahun 1970-an adalah lebih banyak pada jawan
kecil dan bun
dengan motif boma, naga serta motif-motif lainnya. Barang aksesoris/perhiasan
merupakan barang-barang yang lumbrah atau tergantung daya konsumen, sehingga
style-nya berulang-ulang namun dengan motif yang agak berbeda terutama dari
segi ornamen yang lebih banyak menggunakan jawan dan bun. Sedangkan barang-barang untuk keperluan keagamaan
semakin berkurang pembuatannya bahkan hilang.
Namun pada tahun 1980-an
barang kerajinan perak mulai dicampurkan dengan emas, bentuk jawan
divariasikan dengan yang lebih besar dan beberapa model mulai lebih sedikit
menggunakan bun-bunan. Motif yang berkembang pada periode ini adalah
perhiasan motif kelopok/ box
seperti cincin kelopok,
dan juga berkembang motif yang lebih sederhana. Pada era-era ini banyak
menyerap tenaga kerja dari luar daerah sebagai pengerajin.
Pada tahun 1990-an sampai tahun 2000, style
Celuk sudah mulai dipengaruhi oleh style luar (modern) sehingga motif barang
yang berkembang lebih banyak motif plin, bentuknya polos sedikit jawan
bahkan tidak ada. Pada tahun ini lebih pada tuntutan konsumen yang lebih banyak
wisatawan mancanegara yang lebih senang dengan style modern. Bahkan sekarang
ini sudah digunakan mesin untuk membuat barang perak.
5. Kerajinan
Kulit
Kerajinan kulit adalah kerajinan yang menggunakan bahan baku kulit
yang sudah dimasak, kulit mentah atau kulit sintesis.
SEJARAH KERAJINAN KULIT
Bermula dari keprihatinan seorang pemuda yang melihat
banyak pengangguran di Desa Manding, yang mayoritas pekerjaannya adalah petani
penggarap dengan lahan pertatanian yang relatif sempit,akhirnya pemuda tersebut
yang tak lain adalah PRAPTO SUDARMO bertekad untuk meningkatkan taraf
hidup di desanya dan bercita-cita untuk bisa menciptakan lapangan pekerjaan,
khususnya bagi para pemuda sebayanya.
Kemudian beliau bertekad bulat untuk menimba ilmu
tepatnya belajar proses pembuatan kerajinan kulit di tempat saudaranya di
daerah Rotowijayan (sebelah barat alun-alun Jogyakarta),bertahun-tahun beliau
belajar dengan tekun,serius.
Dengan berbekal pengetahuan yang dimiliki pada tahun 1953,
bapak PRAPTO SUDARMO memulai usahanya di kampung halamannya yaitu di
desa Manding,Sabdodadi,Bantul. Dengan hanya dibantu beberapa orang karyawan
mulai memproduksi kerajinan kulit berupa sepatu,tas,ikat pinggang hingga
akhirnya berkembang pesat.
Pada tahun 1960 usaha kerajinan kulit yang dirintisnya mengalami
kemunduran hingga akhirnya ditutup,penyebab kemunduran usaha tersebut
dikarenakan keadaan ekonomi dan politik dalam negeri yang kurang stabil,selain
dari itu juga dikarenakan munculnya produk-produk tas yang terbuat dari bahan
dasar plastik yang harganya jauh lebih rendah,serta kurangnya pengelolaan
manajemen yang baik.
Berkat
jerih payahnya mengembangkan usaha kerajinan kulit yang dapat menciptakan
lapangan kerja di daerah Manding dan sekitarnya ,maka pada tahun 1986 Bapak PRAPTO
SUDARMO pernah diundang ke Istana Negara sebagai pengrajin yang berhasil,
pada masa kepemimpinan Bapak
Presiden SOEHARTO.
Proses
Pembuatan
1.
Pembelian
Kulit
Kulit yang digunakan untuk membuat kerajinan ini adalah kulit mentah dan
kulit split.
Kulit mentah adalah kulit yang langsung digunakan untuk proses
pembuatan kerajinan kulit tanpa proses kimiawi. Sedangkan kulit split adalah kulit yang
sudah melalui proses kimiawi di pabrik ataupun tempat lainnya.
2. Pengolahan Kulit
Kulit direndam dengan menggunakan air selama satu hari hingga lunak.
Kemudian direntangkan dengan menggunakan
tali dan pigura kayu yang kuat. Selanjutnya, kulit tersebut dijemur dibawah
terik matahari sampai benar – benar kering. Kulit yang sudah kering segera
ditipiskan dengan cara dikerok. Bagian yang dikerok adalah bagian rambut, dan
sisa – sisa daging yang masih melekat di bagian dalam.
Kulit dikerok dengan menggunakan pisau, atah pethel sedikit dmi sedikit
secara hati – hati. Kulit bagian dalam dikerok terlebih dahulu dan lebih banyak
dikurangi agar diperoleh kulit yang berkualitas. Setelah itu, baru
dilanjutkanpengerokan kulit bagian luar, yang hanya sedikit karena bila
dilakukan pengurangan terlalu banyak maka kulit yang dihasilkan akan menjadi
mudah patah bila dilipat.
Bila perlu, pada bagian ini hanya dihilangkan rambut – rambutnya saja dan
dibersihkan dengan air. Terdapat beberapa metode yang digunakan untuk
mempermudah pengerokan, seperti merendam kulit dengan air mendidih, dan dengan
menggunakan air kapur sebelum direntangkan. Torehan pisau pada proses
pengerokan hanya dilakukan satu arah dari atas kebawah.
Setelah kulit ditipiskan, sisa – sisa kerokan dibersihkan dengan air dan
bagian yang dikerok dihaluskan dengan amplas. Selanjutnya, dijemur pada terik
matahari hingga kering secara merata. Setelah kering, kulit dilapisi dengan
warna dasar untuk menutupi pori – pori kulit agar permukaannya rata. Setelah
itu, mulailah membentuk sketsa gambar kerajinan dipermukaan kulit, lalu ditatah
sehingga diperoleh bentuk dasar.
3. Pembuatan Barang Keajinan
Tahap selanjutnya adalah memperhalus tatahan dasar dan membuat kombinasi
yang indah dalam penerawangan cahaya. Lalu mulaolah memadukan bahan pendukung
lainnya untuk memperindah dan memperkuat barang kerajinan kulit tersebut.
Biasanya cara emadukannya dengan cara
melakukan pengeleman atan penjahitan sehingga benar – benar menjadi barang yang
kuat dan tahan lama, tak lupa dilakukan pewarnaan menggunakan pewarna sintatis,
yaitu sandy colour, dan menggunakan perekat seperti lem rakol / lem fox. Setelah
barang selasai dibuat, sisa – sisa potongan kulit yang tidak terpakai dapat
pula dijadikan sebagai bahan rambak/ kerupuk kulit, dan pupuk organik.
Berikut adalah beberapa produk kerajinan kulit Bapak PRAPTO
SUDARMO :
-TAS GITAR-
-TAS PASPOR
DAN -TAS
JUNO MINI-
TAS
GITAR-
-TAS JUNO
MIRING-
6.
Kerajinan Ukir
Kerajinan
Ukir adalah kerajinan yang menggunakan
bahan baku kayu yang dikerjakan atau dibentuk menggunakan tatah ukir.
Berbicara tentang seni ukir, pastilah tercetus Jepara sebagai kota yang
mendapat predikat “Kota Ukir”. Ukir kayu
telah menjadi idiom kota kelahiran Raden Ajeng Kartini ini, dan bahkan belum
ada kota lain yang layak disebut sepadan dengan Jepara untuk industri kerajinan meubel
ukir. Demikian juga pada saat kerajan Islam pertama di Demak, Jepara telah
dijadikan sebagai pelabuhan Utara disamping sebagai pusat perdagangan dan
pangkalan armada perang. Dalam masa penyebaran agama Islam oleh para Wali,
Jepara juga dijadikan daerah “ pengabdian” Sunan Kalijaga yang mengembangkan
berbagai macam seni termasuk seni ukir.
Factor lain
yang melatar belakangi perkembangan ukir kayu di Jepara adalah para pendatang
dari negeri Cina yang kemudian menetap. Dalam catatan sejarah perkembangan ukir
kayu juga tak dapat dilepaskan dari peranan Ratu Kalinyamat . Pada masa
pemerintahannya ia memiliki seorang patih yang bernama “Sungging Badarduwung”
yang berasal dari Negeri Campa Patih ini ternyata seorang ahli pahat yang
dengan sukarela mengajarkan keterampilannya kepada masyarakat
disekitarnya Satu bukti yang masih dapat dilihat dari seni ukir masa
pemerintahan Ratu Kalinyamat ini adalah adanya ornament ukir batu di Masjid
Mantingan.
Untuk
menunjang perkembangan ukir Jepara yang telah dirintis oleh Raden Ajeng
Kartini, pada tahun 1929 timbul gagasan dari beberapa orang pribumi untuk
mendirikan sekolah kejuruan. Tepat pada tanggal 1 Juli 1929, sekolah
pertukangan dengan jurusan meubel dan ukir dibuka dengan nama “Openbare
Ambachtsschool” yang kemudian berkembang menjadi Sekolah Teknik Negeri dan
Kemudian menjadi Sekolah Menengah Industri Kerajinan Negeri.
Dengan adanya
sekolah kejuruan ini, kerajinan meubul dan ukiran semaluas di masyarakat dan
makin banyak pula anak–anak yang masuk sekolah ini agar mendapatkan kecakapan
di bidang meubel dan meubel dan ukir. Di dalam sekolah ini agar diajarkan
berbagai macam desain motif ukir serta ragam hias Indonesia yang pada
mulanya belum diketahui oleh masyarakat Jepara . Tokoh-tokoh yang berjasa di
dalam pengembangan motif lewat lembaga pendidikan ini adalah Raden Ngabehi Projo Sukemi yang mengembangkan
motif majapahit dan Pajajaran serta Raden Ngabehi Wignjopangukir mengembangkan
motif Pajajaran dan Bali.
Sejarah seni ukir
Kemampuan
masyarakat Jepara di bidang ukir kayu juga diwarnai dengan legenda .
Dikisahkan, pada jaman dahulu ada seorang seniman bernama Ki Sungging Adi Luwih
yang tinggal di suatu kerajaan. Ketenaran seniman ini didengar oleh sang raja
yang kemudian memesan gambar permaisuri. Singkat cerita, KiSungging berhasil
menyelesaikan pesanan dengan baik. Namun ketika ia akan menambahkan warna hitam
pada rambut, terpeciklah tinta hitam dibagian pangkal paha gambar sang
permaisuri sehingga nampak seperti tahi lalat. Gambar ini kemudian diserahkan
kepada raja yang sangat kagum terhadap hasil karya Ki Sungging.
Namun raja
juga curiga karena ia melihat ada tahi lalat dipangkal paha. Raja menduga Ki
Sungging telah melihat permaisuri telanjang. Oleh karena itu raja berniat
menghukum Ki Sungging dengan membuat patung di udara dengan naik layang-layang.
Pada waktu yang telah ditentukan ki Sungging naik layang-layang dengan
membawa pelengkapan pahat untuk membuat patung permaisuri.
Namun karena
angin bertiup sangat kencang, patung setengah jadi itu akhirnya terbawa angin
dan jatuh di pulau Bali. Benda ini akhirnya ditemukan oleh masyarakat Bali,
sehingga masyarakat setempat sekarang dikenal sebagai ahli membuat patung.
Sedangkan
peralatan memahat jatuh di belakang gunung di dekat kota Jepara dan konon dari
kawasan inilah ukir Jepara mulai berkembang. Di
desa kecil sebelah utara kota Jepara tersebut sampai sekarang memang banyak
terdapat pengrajin ukir yang berkualitas tinggi. Namun asal mula adanya ukiran
disini apakah memang betul disebabkan karena jatuhnya pahat Prabangkara, belum
ada data sejarah yang mendukungnya.
Terlepas dari
cerita legenda maupun sejarahnya, seni ukir Jepara kini telah dapat berkembang
dan bahkan merupakan salah satu bagian dari “nafas kehidupan dan denyut nadi
perekonomian “ masyarakat Jepara.
Ukiran kayu
adalah hobi yang sudah ada selama beberapa dekade. Beberapa orang melakukannya
untuk kesenangan, yang lain membuat ukiran yang rumit atau sederhana, mebel
atau tanda-tanda untuk mencari nafkah. Ada banyak cara untuk mengukir kayu,
dari raut sederhana untuk memotong perangkat kekuasaan yang kompleks. Teknik
yang digunakan untuk mengukir kayu dari berbagai pemotongan dan memahat untuk
pembakaran. Berikut adalah beberapa teknik termudah dan paling efektif untuk
membantu Anda memulai ukiran kayu dengan segera.
Memilih Kayu
Kayu yang
Anda butuhkan untuk ukiran dikategorikan menjadi dua jenis – kayu keras dan
kayu lunak. Daun pohon-pohon dengan daun lebar yang kehilangan daun mereka
selama musim gugur setiap tahun banyak penyedia kayu, sedangkan kayu lunak
tersedia dari pohon cemara yang kerucut. Sementara kayu seperti oak,
jati, sonokeling dan walnut berbagai bentuk pertama, jenis kayu lunak – misalnya,
butternut, pinus, basswood, cedar dan kapuk – tampaknya paling populer dengan
penggemar ukiran.
Berbagai
bentuk ukiran kayu memerlukan alat yang berbeda dan instrumen. Beberapa alat
yang paling umum adalah ukiran pisau yang berbeda ukuran, pahat persegi dan
miring, gouges, file, dan alat rasps perpisahan.
Teknik ini
umumnya digunakan untuk dua-dimensi benda seni untuk dekorasi di dinding dan di
sekitar rumah. Ini terdiri dari penghapusan kayu dari sebuah papan datar dari
kayu dan Penciptaan seperti objek yang diukir akan tampak seperti itu
adalah tumbuh keluar dari permukaan. Dimulai dengan ide desain, rencana master
ukiran bantuan dilakukan di atas kertas dan kemudian dibawa ke panel kayu.
Sederhana,
instrumen tangan dioperasikan seperti gouges, palu dan pahat yang diperlukan
untuk ukiran. Selama proses tersebut, kayu pecah jauh dari pola, membuat
kenaikan desain dari kayu. Tepi desain tidak teratur kemudian mencukur
agar sesuai garis dari pola asli. Mendapatkan digunakan untuk mencengkeram dan
bekerja instrumen baik dan membuat alat yang cukup tajam untuk ukiran rapi
adalah inti-ukiran relief keterampilan.
Chip Ukiran
Chip Ukiran
Ukiran Chip
adalah teknik biasanya digunakan pada potongan lebih besar dari pekerjaan
seperti tunggul pohon atau kayu, dan menggunakan kapak dan pahat yang lebih
besar. Teknik ini jauh seperti patung, dan ini melibatkan chipping di kayu
sampai Anda memunculkan gambar patung. Dalam teknik chip-ukiran, juga dikenal
sebagai ukiran sendok, Anda menggunakan pisau untuk menghilangkan serpihan kayu
kecil dari panel atau blok. Sebagian besar dilakukan di butternut, pinus atau
mahoni, ukiran chip yang melibatkan memanipulasi dua permukaan – wajah dari
panel kayu atau blok dan memotong titik berpotongan di bawah permukaan kayu.
Pembakaran
kayu adalah teknik terutama digunakan untuk menambah desain untuk proyek kayu
yang selesai, tetapi beberapa pemahat benar-benar menggunakan metode pembakaran
untuk mengukir proyek-proyek kecil. Pena pembakar kayu membakar kayu, bukan
dari mengukir, meninggalkan tepi menghitam di sekitar ukiran akhir.
Ngerik adalah
salah satu, cara tertua paling sederhana dan paling santai untuk bekerja dengan
kayu. Teknik ini melibatkan tidak lebih dari sepotong kayu dan pisau ukir. Kayu
pengrajin yang telah berlatih seni ini untuk kadang-kadang sering dapat duduk
dan meraut apa saja dalam waktu setengah jam atau lebih. Ngerik hanya masalah
pemotongan bit kayu jauh dari blok sampai desain Anda setelah terbentuk. Dalam
banyak kasus, pemahat kayu terampil melakukannya dengan pisau kecil, dan
merinci dengan pisau yang sama.
Sebuah jenis
tiga-dimensi dari ukiran kayu yang digunakan terutama oleh seniman dan pemahat
berpengalaman, teknik putaran menimbulkan berbagai pilihan objek dan
patung-patung. Anda awalnya membuat tanah liat atau model lilin, maka kerangka
kawat untuk pelengkap eksternal objek. Akhirnya, sebuah balok kayu adalah kunci
untuk ini untuk mengukir potongan seni yang dihasilkan. Teknik ini membutuhkan
hampir semua kayu-ukiran alat dan instrumen.
Bantuan Ukiran
Pertolongan
ukir adalah seni chipping dan memotong pada sepotong kayu datar untuk membawa
muncul ukiran sehingga tampak tiga dimensi. Ukiran Relief ini biasanya
dilakukan dengan sebuah alat pahat dan palu, pisau ukir meskipun sering
digunakan untuk detail pekerjaan sampai selesai. Pada ukiran relief, pengrajin
pahat kayu dari potongan datar sampai gambar, dia mulai mengambil bentuk dalam
kayu, sehingga muncul.
Gambar ukiran kayu adalah tenaga kerja cinta.
Biaya bahan baku dan ketersediaan kayu yang diinginkan dalam potongan cukup
lebar terlalu tinggi kecuali Anda memiliki akses ke sebuah woodlot. Hal ini
dimungkinkan untuk memotong biaya sambil membuat ukiran kayu kualitas gambar
atas, namun.Cara membuatnya:
1. Putuskan apa ukuran gambar yang ingin Anda buat. Pembelian cukup 1-by-6-inci di kayu papan yang Anda inginkan untuk tukang jagal memblokir mereka bersama-sama ke kanvas Anda. Siapkan papan untuk bergabung dengan pengamplasan dan planing mereka jika diperlukan. Pastikan semua tepi yang halus dan bersih dari kotoran dan puing-puing. Pastikan gandum berjalan di arah yang Anda inginkan dan semua sendi akan datang bersama-sama secara merata.
2. Terapkan perekat ke tepi papan sebelum menjepit mereka bersama-sama di catok meja Anda. Menghapus setiap kelebihan dan biarkan kering semalam. Papan Pasir lagi ketika semua telah bergabung ke ukuran yang Anda butuhkan.
3 . Gambarlah desain Anda ditujukan pada kayu Anda bersama menggunakan pensil berujung tajam.
4. Laminasi yang lebih kecil potongan kayu kontras di tempat di mana frame Anda dan setiap rincian kontras akan digunakan. Sebagai contoh, jika harus ada sebuah gunung kenari pada latar belakang ek, potong profil pada gulir atau band melihat. Laminasi ke gambar menggunakan lem tukang kayu dan mengusap kelebihan. Gunakan bobot untuk menekan potongan sampai kering.
5. Mulailah ukiran garis kasar gambar Anda dengan pasokan berbagai karbida burring bit dan kecepatan tinggi, tangan memegang alat putar. Hapus hanya bahan sedikit demi sedikit, berhenti sering untuk memeriksa pekerjaan Anda. Lebih baik untuk menghapus terlalu sedikit daripada terlalu banyak, karena Anda selalu dapat menghapus lebih.
6. Gunakan drum pengamplasan baik dan flappers pada alat putar Anda untuk kelancaran bertebarnya setiap bintik-bintik kasar. Finish dan segel dengan minyak, pernis atau lilin.
Tugas i
Analisis Materi Pembahasan
a.
Kerajinan Batik
4.
Batik Yogyakarta dan Transang
Ä Pembuatannya (menyangkut Bahan)
Batik merupakan hasil kerajinan khas
Indonesia terutama terkenal untuk daerah daerah di pulau jawa, yang sudah
menjdi warisan budaya secara turun – temurun dari generasi satu ke generasi
selanjutnya. Pengrajin batik semakin membudaya dan semakin kreatif dalam
mengembankan motif dan corak pada batik.
Ini membuat batik menjadi semakin beraneka ragam bentuk dan jenisnya, tiap –
tiap daerah penghasil batik di Indonesia memiliki perbedaan tersendiri, baik
dari proses pengerjaannya, bahannnya, serta motif dan aturan penggunaan kain
serta pemakaian batik tersebut.
Dari segi pembuatan, batik memang suatu karya
seni yang sulit dibuat, bagi orang – orang awam, karena memerlukan
keterampilan, ketelitian, konsentrasi dan ketelatenan khusus.
Batik dibuat dengan mengunakan canting,
perlahan - lahan malam ditorehkan pada kainnya, sesuai dengan pola yang
ditentukan. Tidak sembarang menitikkan malam pada kain, jika malam terlalu
kental ataupun encer, pola yang sudah digambar akan rusak dikarenakan malam
yang meleber tidak sesuai motif, dan ini akan merusak batik menjadi tidak layak
untuk dipasarkan. Lalu dilakukan pewarnaan hingga menjadi kain yang sempurna
dan siap pakai.
Karena menggunakan canting dan malam
inilah yang kami anggap sebagai kelebihan batik dibandingkan dengan kain - kain
lainnya. Karena kebanyakan kain menggunakan proses sablon, atau cetakan
lainnya. Walaupun ada pula batik yang dikenal sebagai batik cetak, tapi yang
paling menonjol dari batik dan sudah dikenal masyarakat luas adalah atik yang
diproses mengguakan canting dan malam, atau biasa kita ebut dengan batik tulis.
Dalam materi yang kami bahas tentang
Batik yogyakarta dan Batik Transang, tidak memiliki perbedaan yang spesifik
dari segi pembuatannya, melainkan memiliki perbedaan dari motif dan warnanya.
Karena sama sama dibuat dengan
menggunakan canting dan malam sebagai bahnnya, tetapi dari segi aturan batik
Yogyakarta lebih terikat pada lingkungan resmi keraton, dibandingkan batik
Transang yang cenderung bebas.
Ä Keindahannya
/ Keunikannya
Karena dibuat langsung oleh tangan
manusia, batik memiliki kelebihan dari bentuk motif yang lebih hidup, tahan
lama dan lebih terkesan sederhana dan menarik. Kembali lagi kepada proses
pembuatannya, batik dikatakan unik karena dibuat menggunakan canting.
Perbedaannya terletak pada warnanya. Batik Jogja
berwarna putih dengan corak hitam, sedangkan
batik transang berwarna kuning dengan corak tanpa putih,
dengan erat terhadapwarna cokelat tua.
Aturan penggunaan batik jogja sangat erat terhadap
tradisi. Beberapa contoh motif batik klasik Yogyakarta antara lain: Parang,
Geometri, Banji, Tumbuhan Menjalar, Motif tumbuhan Air, Bunga, Satwa dalam
kehidupan dan lain-lain.
Bisa dilihat bahwa pada zaman Belanda, motif-motif batik Transang dipengaruhi nuansa Eropa. Batik di
Indonesia memiliki keragaman jenis, pola, motif, dan corak sesuai dengan
unsur-unsur daerah yang membentuknya, Salah satu contohnya batik Transang yang dikenal berwarna cokelat gelap. Dalam
perkembangannya corak batik dapat kita lihat mempunyai 2 bentuk yang berbeda,
yaitu golongan ragam hias geometris dan non geometris.
Keunikan yang kami tangkap dari dua jenis batik ini adalah dari segi
warnanya yang berbeda pada masing – masing jenisnya, ini membuat kita lebih
mudah mengingat masing –masing jenis batiknya. Perbedaan warna ini membuat
batik menjadi berbeda dengan jenis batik lainnya.
b.
Kerajinan Ukir
F Proses
Pembuatannya (bahan)
Dalam proses pembuatannya, seni ukir
ini menggunakan bahan berupa kayu yang bertekstur keras ataupun lunak yang awet, tahan lama
untuk dipakai, dan nyaman. Sehingga dalam seni kerajinan ini banyak diminati
oleh konsumen diberbagai kawasan Indonesia. Namun yang paling dikenal dan diminati
oleh banyak orang adalah ukiran Kayu jati dan mahoni.
Membuat ukiran kayu menggunakan pahat dengan
menorehkannya pada kayu yang akan diukir, dalam mengukir kita harus teliti dan
terampil mengunakan alat ataupun bahan – bahannya. Dalam mengukirnya, pengrajin
harus benar – benar kreatif dalam mengembangkan ide atau gagasan tentang bentuk
ukiran apa yang dibuatnya.
F Keindahan
/ Keunikannya
Keunikannya adalah terdapat ada bentuk
akhir yang dihasilkan oleh pengrajin ukiran ini yang sudah jadi dan siap pakai.
Kami mengambil kesimpulan tentang keunikan kerajinan ini adalah pada tampilan
fisiknya, terdapat pada bentuk ukirannya yang indah, seperti ukiran burung
garuda, ataupun motif bunga, hingga ukiran wajah manusia.
Selain itu keunikan lainnya terlihat dari
produk yang dihasilkan lebih terlihat elegan dan mewah, dibandingkan produk
polos tanpa ukiran dan juga kerajinan ukir ini menampilkan desain yang
sederhana, tetapi benar – benar berkualitas .
c.
Kerajinan Kulit
F Proses
Pembuatannya (bahan)
Pembuatan seni kerajinan kulit ini
harus memerlukan ketekunan serta kesabaran dalam mengolah bahannya, kebanyakan
berasal dari bahan baku kulit hewan seperti ular,buaya,dll. Maka seseorang
dalam mengolah nya harus mempunyai kreatifitas yang tinggi.
Karena berasal dari makhluk hidup maka
dari proses pembuatanya memerlukan tenaga extra dalam mengolahnya menjadi
sebuah benda kerajinan, selain itu bahan baku sulit di dapat di lingkungan
masyarakat, membuat harga dari produk ini melambung tinggi. Kerajinan kulit
dibuat dengan cara mencuci terlebih dahulu kulit yang dijadikan bahan utama
lalu menjemur kulit yang sudah dilepaskan dari lemak – lemak yang menempel,
setelah itu dikeringkan dibawah terik matahari hingga benar – benar kering
secara merata, dan hilang bau amisnya. Setelah itu barulah dibentuk menjadi
sebuah kerajinan.
Kerajinan kulit ini banyak di minati karena
bahannya dapat digunakan dalam kurun waktu yang cukup lama, serta aman dan
nyaman digunakan.
Penggunaan bahanbaku kulit dalam
kerajinan ini juga lebih diminati karena terkenal dengan teksturnya yang halus,
lembut dan tahan lama dengan jangka waktu pemakaian yang lama, selain itu juga
bahan kulit ini sangat kuat dan tidak mudah patah ataupun rapuh jika dipakai.
F Keindahan
/ Keunikannya
Keunikannya adalah bahan kulit ini
menghasilkan warna natural yang elegan dan mengkilat apabila sudah dijadikan
suatu benda kerajinan. Contohnya saja, kita lihat sepatu, tas ataupun dompet
yang berbahan dasar kulit, pastilah terlihat mengkilat dan indah. Motif dari
bahan baku itu sendiri memilik ciri khas yang berbeda dan terkesan modis,
karena terbentuk secara alamiah dan bukan terbentuk dari campur tangan manusia.
Selain itu hasil kerajinan yang menggunakan
kulit ini pun terkesan lebih nyaman saat dipakai, terlihat lebih elegan
daripada menggunakan bahan baku lainnya, kerajinan kulit ini juga tidak
menimbulkan iritasi bagi kulit jika kita menggunakan produknya (sepatu,
misalnya), bahan kulit yang digunakan semakin lama akan semakin elastis
dikarenakan menerima asupan sinar maahari dan udara panas, inilah yang membuat
kita tidak akan iritasi menggunakannya.
d.
Kerajinan anyaman
1.
Anyaman Pandan Duri
F Proses pembuatan(bahan)
Dalam
pembuatannya memerlukan ketelitian dan kesabaran dalam menyatukan pandan-pandan
menjadi suatu anyaman, bahan baku pandan berduri mudah di cari sehingga menjadi
suatu industri rumahan. Sehingga dalam proses pengerjaannya harus benar – benar
terampil agar dapat menghasilkan benda kerajinan yang sempurna, karena jika
terjadi kesalahan maka anyaman akan menjadi longgar dan tidak rapat, hingga
tidak dapat digunakan.
Bahan anyaman
ini menggunaan pandan, berasal dari tumbuh – tumbuhan, maka dari itu anyaman ini
lebih praktis dan lebih ringan dibandingkan produk berbahan dasar plastik atau
karet dan serat polyetelene yang biasa digunakan dalam pembuatan ambal.
Hasil
kerajinan ini bisa didapatkan dengan harga yang terjangkau, dan juga nyaman
digunakan, karena lebih dingin jika dipakai (tikar) dan tidak mudah menyerap
hawa panas, dan tentu saja ramah lingkungan karena terbuat dari bahan organik
yang mudah diolah tanah. Bahan ini juga dapat dijadikan berbagai macam roduk
kerajinan seperti topi, tas, dan juga tikar.
F Keunikan atau keindahannya
Dalam anyaman
pandan keunikannya produk nya tahan lama. Bahan baku pandan duri ini mudah di
dapat serta mudah diolah. Motif anyaman pada daun pandan lebih bervariasi dan
tidak terkesan itu itu saja, motifnya juga terkesan sederhana karena warnanya
yang alami yaitu cokelat, walaupun dalam seni anyaman ini produsen sering
menggunakan pewarna sintetis, tetapi dalam produknya produsen tetap
mempertahankan warna cokelat tersebut, dengan tidak mewarnai produk kerajinan
secara keseluruhan.
Konsumen pun
tidak menjadi bosan dengan produknya. Berbagai macam motif dapat dihasilkan
dengan bahan baku ini, seperti yang kami tampilkan dalam materi pembahasan di
atas.
Bentuk
lainnya, seperti tas dan topi, tampil lebih alami, dan terkesan tidak monoton
dan tidak terkesan [ada suatu barang kerajinan saja, yang sudah menjadi icon
kerajinan ini, yaitu tikar pandan.
2.
Anyaman Rotan
F Proses pembuatan (bahan)
Proses
anyaman rotan memakan waktu yang cukup
lama dalam pembuatanya karena bahan baku nya cukup keras dan tidak mudah
dibentuk, sehingga perlu dilakukan proses pemanasan rotan agar sedikit lunak
dan menjadi mdah untuk dianyam.
Bahan baku
ini semakin hari semakin sulit di cari akibat eksploitasi rotan
secaraberlebihan untuk keperluan industri, namun untuk sebagian wilayah di
Indonesia ang masih memiliki ketersediaan rotan kerajinan ini masih tetap
dijalankan bahkan hingga mancanegara.
Rotan memang
dikenal dengan keawetannya, dan keistimewaannya yang tidak mudah patah atau
putus jika sudah dibelah menjadi bagian yang tipis. Memang boleh dikatakan,
hasil hasil kerajinan yang dibuat secara manual oleh manusia dikenal dengan
keawetan dan ketahannnya.
Rotan yang
telah mengalami proses pemanasan menjadi lunak dan mudah dibentuk, menjadi
kursi, meja, rak sepatu, kipas dan bahkan menjadi mainan anak – anak. Rotan
merupakan bahan yang tidak mudah rapuh atu lapuk dimakan masa, bahkan hingga
berpuluh – puluh tahun lamanya, atau bahkan lebih untuk sebuah rotan utuh yang
tidak melalui proses pembelahan.
Dari berbagai bentuk kerajinan inilah, kami
mengambil kesimpulan bahwa rotan merupakan bahan yang fleksibel karena dapat
digunakan untuk membuat berbagai macam benda, dan mempunyai manfaat yang cukup
besar dalam kehidupan manusia.
F Keunikannya
Keunikannya
anyaman rotan adalah seperti yang sudah kami jelaskan diatas, terletak pada
kegunaannya yang dapat dihasilkan menjadi produk kerajinan yang beraneka ragam
dan juga karena rotan adalah hasil alam yang tahan lama untuk dipakai.
Dalam produk kerajinan yang sudah siap pakai
rotan juga dikatakan unuk karena walaupun kita menganggapnya berat, ternyata
rotan cukup ringan dibandingkan dengan kayu atau boleh dikatakan tidak sesuai
dengan perkiraan kita. Rotan juga unik, karena tanpa menggunakan proses
pewarnaan sudah terlihat menarik.
Dalam
kerajinan rotan, kebanyakan atau bahkan seluruh pengrajin selalu mengunakan
politur untuk mewarnainya, pewarnaan dengan menggunakan politur inilah yang
juga membuat rotan menjadi lebih cantik dan indah, apalagi dengan
ditambahkannya vernis yang berfungsi untuk membuat rotan semakin mengkilat dan
menarik.
3. Anyaman serat kayu
F Proses pembuatan (bahan)
Proses pembuatan
ayaman serat kayu dapat dikatakan rumit dikarenakan serat kayu bukan seperti
kerajinan ukir yang langsung menggunakan kayunya, tetapi dalam kerajinan ini
kayu harus dibelah terlebih dahulu untuk diambil serat didalamnya sehingga
pembuatan serat kayu membutuhkan waktu yang lama dan kesabaran serta
ketelitian.
Untuk proses
penganyamannya serat kayu harus memalui proses pemelintiran hal ini dilakukan
agar serat kayu mudah untuk di anyam menjadi benda kerajinan. Bahan serat kayu
ini dapat bertahan lama, menurut referensi yang kami dapat, serat kayu dapat
bertahan hingga ratusan tahun lamanya.
F Keunikan / keindahannya
Ayaman serat
kayu yang sederhana ini ternyata dapat mengindari kita dari pancaran sinar
radiasi. Serat kayu juga termasuk hasil kerajinan yang ramah lingkungan,
apalagi di era global warming seperti sekarang ini, selain itu serat kayu juga
lebih ringan dan mudah di dapat. Serat kayu unik, karena membuat barang
kerajinan ini dengan cara menyatukan banyak serat kayu, serat kayu yang sudah
seperti benang itu dijadikan sebuah barang, itu merupakan suatu keunikan menurut
kami, karena berbada sekali dengan pandan duri ataupun rotan dan bambu yang
berukuran besar.
e.
Kerajinan Perak
F Proses Pembuatannya (Bahan)
Menyangkut proses
pembuatannya, tentu saja rumit dan sulit. Selain itu pembuatannya juga boleh
dikatakan berbahaya, karena menggunakan listrik dan langsung bersangkutan
dengan api. Maka dari itu dalam pembuatannya kita tidak boleh ceroboh, dan
memerlukan konsentrasi dan ketelitian penuh untuk dapat menghasilkan barang
kerajinan perak ini.
Bahan perak tentu
saja tahan lama jika dipakai, perak juga merupakan bahan yang relatif kuat. Bahan
pembuatan kerajinan perak ini bukanlah 100 % menggunakan perak, melainkan sedikit
menggunakan campuran tembaga agar menambah kerekatan dan menjaga perak agar
tahan lama. Bahan perak juga sangat fleksibel karena dapat digunakan untuk
membuat berbagai macam barang kerjinan.
F Keunikannya
Keunikan dari kerajinan ini terletak pada
hasil akhir produk yang dihasilkan. Berbagai macam bentuk, model, warna, dan
kegunaan membuat kerajinan ini semakin unik. Model – model yang dihasilkan
sangat indah dan cantik dilihat dan menambah gaya penampilan kita saat kita
mengenakannya seperti perhiasan. Beragam barang dapat dihasilkan dari kerajinan
ini, mulai dari gantungan kunci, souvenir, gelang, cincin, dan juga kalung.
Kerajinan perak ini meghasilkan barang dengan
menggunakan pola ukiran ataupun motif dan corak yang detail, sehingga
menampilkan kesan mewah yang unik.
Tugas II
A.
Kerajinan Di Daerah Juwana
Juwana adalah sebuah kecamatan
di Kabupaten
Pati, Provinsi Jawa Tengah, Indonesia.
Kota Juwana
merupakan kota di pesisir utara pulau Jawa yang terletak di jalur pantura
yang menghubungkan kota Pati dan kota Rembang.
Kota Juwana
merupakan kota terbesar kedua di Kabupaten Pati setelah Pati. Di kota ini
terkenal dengan industri kerajinan kuningan,
kerajinan Batik Tulis dan pembudidayaan bandeng. Tapi yang paling terkenal
dari daerah Juwana ini adalah kerajinan Kuningan yang sudah menjadi mata
pencaharian daerah ini. Kerajinan Kuningan seperti nepel
kuningan, baut kuningan dan lain sebagainya.
|
|
B.
Kerajinan Di Daerah Purwakarta
|
Purwakarta terkenal dengan sentra kerajinan
batiknya. Batik khas Purwakarta memiliki motif tersendiri tidak seperti daerah
lainnya. Batik Purwakarta dikenal dengan sebutan Batik
Kahuripan. Dimana dalam motif batik tersebut sangat memiliki makna yang
sangat besar dalam roda pembangunan Kabupaten Purwakarta yang berkarakter.
Ketetapan Batik Purwakarta yang memiliki tujuh makna, tertuang dalam Peraturan Bupati (Perbup) No 33 tahun 2009 yang
ditandatangani oleh Bupati H Dedi Mulyadi pada tanggal 22 Juli 2009. Bahkan ke
depannya, batik Purwakarta juga akan dipatenkan ke Departemen Hukum dan HAM
Republik Indonesia.
Tujuh makna yang terkandung dalam Batik Kahuripan
MAKNA yang tersirat dalam motif batik
Purwakarta, yaitu berwarna dasar hitam dengan motif warna kuning emas.
Bergambar dua pilar atau yang dikenal di tataran Sunda dengan sebutan Gerbang
Indung Rahayu yang melambangkan Dua Kalimah Syahadat yang bermakna Hakekat dan
Syariat.
Makna yang ketiga, dalam motif batik Purwakarta, yaitu alap yang tinggi atau disebut Suhunan Julang Ngapak yang melambangkan perlindungan dan mengayomi seluruh warga Kabupaten Purwakarta. Makna keempat, yaitu Uga lekukan yang memiliki makna Iman, Islam dan Ikhsan.
Makna yang kelima, dalam motif batik Purwakarta yaitu Kujang, merupakan kepintaran (wibawa) yang juga merupakan senjata dan simbol di tataran Pasundan. Sedangkan makna keenam, yaitu motif bunga Melati, melambangkan kesucian dan keharuman dan makna ketujuh, dasar hitam dengan garis yang melewati dua pilar di bawah melambangkan jalan yang mulus, air mengalir, dan subur makmur.
Tujuh makna yang ada dalam batik Purwakarta tersebut, semuanya menggambarkan makna Kesun-daan dengan nilai-nilai luhur dan langkah operasional yang dirangkum dalam visi dan misi Purwakarta serta sembilan langkah dalam membangun negeri yang sejahtera menuju Digjaya Purwakarta.
BATIK khas Kabupaten Purwakarta, awalnya
muncul bukan dari para pembatik atau sebuah industri. Namun bermula dari adanya
lomba mencari ciri khas batik untuk pegawai negeri (PNS) di Purwakarta yang
diikuti oleh semua organisasi perangkat daerah (OPD)-yang
ada di Kota Simping Ini.
Dari batik-batik yang diperlombakan
tersebut. Dinas Perikanan dan Peternakan mencoba menciptakan motif batik yang
diselaraskan dengan "Purwakarta Berkarakter"
yang sekarang dikenal dengan sebutan Batik Kahuripan yang waktu itu keluar
sebagai pemenang dalam lomba batik tingkat kabupaten.
Batik Kahuripan yang memiliki tujuh
makna filosofi tersebut, kemudian ditetapkan sebagai batik khas Purwakarta
melalui Peraturan Bupati. "Sekarang ini memang masih belum semua PNS di
Purwakarta memiliki Batik Kahuripan sebab keterbatasan dalam produksinya.
f.
Kerajinan Di Daerah Tasikmalaya
ANYAMAN RAJAPOLAH
Kegiatan anyam-anyaman di wilayah
Kecamatan Rajapolah, Tasikmalaya banyak dilakukan oleh penduduk hampir di semua
kampung yang ada di kecamatan Rajapolah. Misalnya saja di Kampung Pasir Huni,
banyak pengrajin anyam-anyaman. Sehingga di kampung itu, banyak ditemukan
hamparan tanaman menong.
Banyaknya
penduduk Rajapolah yang menggeluti kerajinan anyam-anyaman, karena di sekitar
tempat tinggalnyabanyak ditemukan tanaman bambu dan lahan pesawahan di
sepanjang lereng perbukitan sangat cocok ditanami menong. Bahkan terdapat pula
budidaya tanaman eceng gondok